
Orang-orang kaya Indonesia
Simple question dari judul di atas. Tapi taukah kawan, pertanyaan itu tentu akan menghasilkan jawaban berbeda-beda. Bagi saya atau bagi masing-masing pembaca blog ini. Ada yang bilang buat beli televisi yang lebih gedhe (tentunya lebih tipis juga donk dan kalo perlu SMART TV), ada yang bilang Smartphone yang lebih canggih (hari gini masih single core….hahaha), ada juga yang milih beli emas (entah perhiasan, dinar, maupun batangan), tapi ada juga yang sedikit menunda kesenangan dan memilih memutar kembali uang tersebut.
Ada artikel menarik yang saya baca tadi pagi. Mengapa orang kaya makin kaya dan orang miskin makin miskin? (terlepas dari mengungkit kesenjangan sosial lho ini, tapi lebih ke arah mindset). Pertanyaan peratama, mengapa orang kaya cenderung makin kaya?
Kalo mau dicermati, dari beberapa kolega kenalan maupun teman dekat yang “kaya”. Mereka memang cenderung “menunda kesenangan” dan memutar kembali uang yang ada dengan tetap mempertahankan gaya hidup yang ada. Misal, membeli saham hingga akhir tahun mendapat deviden, membuat rumah kos-kosan, membuat ruko untuk disewakan, atau usaha-usaha lain yang menghasilkan.
Dengan demikian penghasilan mereka bertambah besar. Ketika penghasilan mereka bertambah besar, mereka akan memutar kebali seperti cara-cara di atas. Efeknya apa? Sudah kaya semakin bertambah kaya lagi, memberi kesempatan uang bekerja untuk mereka.
Bagaimana dengan orang menengah?
Orang menengah cenderung terus bergumul dengan finansial. Apa pasal? Ketika penghasilan bertambah mereka cenderung mencicil rumah lebih besar, mobil lebih mewah, handphone lebih canggih, televisi lebih besar, dan piranti lain hingga lebih modern, mengikuti perkembangan jaman dan gaya hidup sehingga banyak sekali “kuwajiban” yang masuk post pengeluaran.
Orang tipe menengah ini biasanya memiliki rumah besar dan mobil lebih besar pula. Namun tidak memiliki uang yang bekerja untuk dia. Mengapa? Seumur hidupnya diperbudak oleh uang untuk membayar angsuran dan cicilan-cicilan, asuransi-asuransi yang tidak perlu, bahkan gadget yang sebenarnya masih layak digunakan.
Lalu mengapa orang miskin semakin miskin?
Coba amati lingkungan sekitar. Saya pun kadang “ngelus dada“. Ada tetangga yang secara finansial saya anggap “kurang“, tiap penghasilan bertambah malah jenderung beli baju baru, televisi baru, handphone baru dan terkadang malah memenuhi gaya hidup terbaru. Mencuci pun masuk “laundry” yang notabene bisa di kerjakan sendiri. Alhasil apa? Tidak ada uang di tangan sehingga hidupnya akan selalu kurang. Bisa dikatakan sudah miskin semakin miskin.
So, kita termasuk yang mana? Kawan-kawan sendiri yang bisa menjawabnya. Bijaklah terhadap finansial… ^^ Selamat beraktivitas kawan…
Hmm… dunia dunia…
<– kek nggak pengen uang aja…
Bagaimanapun, menjadi kaya lebih baik daripada miskin. Dan kekayaan akan menjadi “sesuatu banget” jika ia berada di tangan orang yg baik… Doakan saya cepat kaya ya supaya bisa menjawab pertanyaan2 di atas, heheee..
Siap Gan, saya do’akan hajad maksud cepat terkabul. Amien amien amien. Terus share di sini yah π
Doakan saya ya supaya bisa menjawab pertanyaan di atas wkwk
salam blogger ya π
visit juga ya kalo bisa tukeran link ya http://pandamalam.wordpress.com
Amien amien…OK. Bentar lagi link aku pasang ^^ Thank you dan salam kenal ^^